Page 13 - Renungan El Bethel - September 2022
P. 13
A
TI
M
Y
H
ROH YATIM
RO
Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala
kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
Lukas 15:31
Bacaan: Lukas 15:11-32
er
eb
eberapa hari yang lalu saya berjumpa dengan seseorang. Singkat cerita, orang ini menceritakan
a
a
p
bahwa ia merasa sendiri, tidak bisa mendengar suara Tuhan seperti yang lain padahal dia
Bjuga melayani tanpa bolos. Kami lanjutkan obrolan kami sampai seluruh makanan di meja
kami habis tak tersisa. Sepulang dari pertemuan itu saya merenung. Apa yang membuat seorang
anak merasa tidak disayangi di dalam "rumahnya" sendiri?
Seperti perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:11-32), selagi si Bungsu berpikir apa
yang ia akan katakan pada bapa untuk mendapatkan posisinya kembali sebagai anak, si Sulung
sibuk di ladang bersama upahan bapanya. Si Sulung tinggal dekat dengan bapa, tetapi mungkin
lupa bahwa ia seorang anak, lebih banyak menghabiskan waktu di ladang daripada berhubungan
dengan bapanya, karena ia tidak mengerti hati bapanya yang ingin selalu berhubungan dengan
anak-anaknya. Ia bersikap layaknya budak, bukan anak. Itulah spirit of orphan atau roh yatim. Si
Sulung memanifestasikan roh yatim dengan bersikap seolah-olah ia tidak memiliki bapa, tidak
memiliki rumah, padahal faktanya dia anak sulung yang memiliki hak sebagai ahli waris.
Kerap kali kita melayani Bapa tanpa memiliki hubungan dengan-Nya. Itu yang membuat kita
mudah tersinggung, iri hati, merasa dibedakan, atau bahkan merasa bisa menyelesaikan segala
permasalahan sendiri. Sibuk melayani tanpa memberi waktu masuk dalam hadirat Tuhan, yang
membuat kita kehilangan KASIH BAPA. Roh yatim diekspresikan dalam mentalitas budak, bukan
anak/ahli waris.
Kembali ke kisah anak yang hilang. Sewaktu si bungsu memutuskan untuk kembali ke rumah dan
bapanya menerima si bungsu sebagai anak bukan sebagai upahan. Seperti yang dituliskan dalam
Lukas 15:18-20. Ketika si Sulung melihat penyambutan untuk si bungsu, ia marah, lalu bapanya
keluar dan berbicara dengan si sulung. Si sulung langsung meluapkan amarahnya dengan pedas
seperti yang tertulis dalam Lukas 15:29-30.
Si sulung mulai iri dan tanpa ia sadari roh yatim mulai masuk dan mengendalikan ia. Itu yang
membuat ia tak bisa melihat kasih bapanya. Lalu bapa menjawab dengan kasih, mencoba
mengembalikan identitas anak, yang hilang dalam diri si sulung :
"Kata ayahnya kepadanya : Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala
kepunyaanku adalah kepunyaanmu" (Lukas 15:31). Selama ini yang si Sulung lihat hanya ladang
dan upahan bapanya yang banyak, Ia tak pernah menatap wajah bapanya, apalagi berhubungan
dengan bapanya, tidak merasa bahwa ia adalah bagian dari rumah tersebut. Ia hilang di rumahnya MINGGU
sendiri.
PERENUNGAN
MINGGU
Kedua bersaudara dalam kisah Anak yang Hilang mencoba hidup di luar rumah. Kerap kali kita
melihat bahwa hanya si Bungsu yang mencoba menjauhi bapa. Tapi si sulung hanya membuat
bapanya terkesan dengan bekerja di ladang bersama para upahan (tanpa ada hubungan) yang
menjadikan ia memiliki mentalitas budak, bukan anak. Keduanya telah kehilangan identitas
sebagai anak, dan keduanya perlu pulang ke rumah. 11 SEPTEMBER 202
DOA
“Tuhan, kami mau kembali mengerti bahwa kami adalah anak. Kami mau memiliki hubungan
yang sejati dengan Bapa. Tolong kami Tuhan. Dalam nama-Mu kami berdoa. Amin.”
11 DESEMBER 2021
(Arinda) 2