Page 13 - Panti Para Arwah
P. 13

Namun, Pak RT meyakinkan mereka dan memberi
               beberapa pertimbangan. Pada akhirnya, petugas itu
               pun menerimaku.


                   “Cobalah cari kerabatnya yang lain. Kasihan jika dia
               harus berjuang di panti asuhan ini. Kehidupan kami di
               sini masih jauh dari kata layak.”


                   “Kami sudah berusaha, Bu. Laras benar-benar
               sebatang kara dan tidak ada warga yang bisa menam-

               pungnya. Kami ini hanya warga dari desa kecil.”

                   Setelah perbincangan yang cukup panjang tentang
               kisahku, kini wajah penolakan itu berubah menjadi

               wajah kasihan. Perempuan yang berada di hadapanku
               saat itu adalah orang yang pertama kukenal di panti

               asuhan. Seorang perempuan  yang  dianggap sebagai
               “ibu”  oleh  anak-anak  panti.  Kami  memanggilnya  Bu
               Lubis.


                   Tak  lama  setelah  itu,  Pak  RT  meninggalkanku.
               Bu Lubis pun langsung mengantarkanku ke sebuah
               ruangan. Ia mengajakku berkenalan, sementara

               petugas lain mempersiapkan kebutuhanku. Aku  yang
               masih diliputi kesedihan tidak begitu ingat apa yang







                                                                       7
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18