Page 17 - Panti Para Arwah
P. 17
Seorang anak seusiaku tersangkut dengan kepala
yang patah di langit-langit kayu bangunan belakang
dapur.
“Astaga! Fajar! Fajar!!!”
Kejadian itu mengundang seluruh penghuni
panti asuhan keluar dari ruangan mereka masing-
masing. Mereka tertegun memandangi pemandangan
mengerikan itu tanpa berani bertindak.
Aku?
Aku hanya bisa terdiam kaku di tempat yang jauh
dari mereka. Wajahku menatap kejadian itu dengan
datar walau isi kepala dipenuhi dengan banyak
pertanyaan. Namun, ada satu pertanyaan yang saat itu
tiba-tiba menggema di kepalaku.
Mengapa aku begitu dekat dengan kematian?
Di tengah lamunanku, seorang anak perempuan
berambut pendek dengan kulit gelap berjalan men-
dekatiku. Aku menduga ia lebih tua beberapa tahun
dariku. Aku merasa bingung bagaimana aku harus
menyapanya. Namun, saat berada di dekatku, aku sadar
11