Page 20 - Archipelagos 1
P. 20
Ibu? Seorang penyihir?
“Kalau kau masih bertanya-tanya, tentang sekolah itu.
Tentang ibumu, kau akan tahu sendiri nanti. Nikmati perjalanan
ini dan masuklah ke ruangan berikutnya.
Nala mengangguk gugup. Entah mengapa ia merasa bahagia,
rasa takutnya perlahan memudar.
Ia berjalan melewati pintu terakhir. Cahaya putih terang
membuat matanya spontan menutup. Saat terbuka kembali yang
dilihatnya adalah meja bundar besar di tengah dengan layar yang
menggambarkan peta Indonesia, serta orang-orang seusianya
yang duduk berhadapan melingkar di kursi empuk berwarna
hijau tua.
“Selamat datang murid ke dua puluh empat, Roro Nala
Gayatri.”
Suara tepuk tangan dan sorak-sorakan terdengar, gemuruh
memenuhi ruangan itu saat Nala masih diam mematung. Pajaga
membawanya ke kursi yang bertuliskan namanya.
Nala tersenyum sebelum murid lainnya terduduk kembali.
Ia juga ikut duduk dengan wajah keheranannya. Memandang
tiap sudut ruangan berdinding tembaga dengan tujuh gambar
logo yang mengelilingi. Dengan layar besar di antaranya serta
lampu menjuntai di tengah-tengah mereka yang menyinari peta
Indonesia yang menggelantung. Bagaimana ia tidak bingung,
naik kereta kuda, ke pantai selatan dan sekarang menaiki kapal
selam. Semuanya terasa seperti mimpi musim hujan pagi hari
baginya.
14

