Page 107 - 2B
P. 107

2B


            depanku..  Bara.  Aku  seketika  tercekat.  Mata  Resi  menatap  Bara
            panas. Kulihat bola mata itu yang menyorot tajam. Mungkinkah Resi
            akan menyalahkannya? Ini tidak akan adil.  Aku tahu, banyak  yang
            kemudian merasa kecewa dengan Bara dulu. Semua heboh karena
            salah menggunakan kunci.
                    “Mungkin  aku  salah  meminta  bantuan,”  dia  berkata,  sesal

            terdengar. “Yah… kalo sudah begini aku tak tahu siapa yang harus
            bertanggung jawab.”
                    Serba  salah.  Tiba-tiba  saja  aku  khawatir.  Kutatap  siswa  di
            depanku.  Bara,  aura  tubuhnya  sudah  kurasakan  tak  nyaman.  Resi
            jelas berbicara denganku yang tak sampai satu meter dengannya.
                    “Duh.. duh.. nasib memang. Sial sekali rasanya.”
                    Aku  masih  memendam  khawatir.  Ingin  sekali  sebenarnya

            kututup  mulut  Resi.  Dia  berbicara  seolah-olah  menyudutkan  Bara.
            Tidak,  aku  tidak  salah.  Resi  memang  sedang  ingin  menyudutkan
            Bara.  Kulihat  jelas  sorot  matanya  yang  tak  lepas  memandang
            punggung  Bara.  Dan  Bara?  Kurasa  dia  ikut  tak  nyaman
            mendengarnya.  Dia  juga  pilu,  berduka.  Kenapa  Resi  juga  tak
            mengerti?

                    “Tolong.. tolong.. banyak anak yang nggak lulus. Gara-gara
            Fisika.  Ceroboh  sekali  penyebar  kunci  itu.”  Resi  menceracau,
            semakin membuatku panik.
                    “Res..,”
                    Aku  tak  tahu  harus  bagaimana.  Sesekali  kulirik  Bara.  Bara
            menghembuskan  nafas,  jelas  terdengar.  Mungkin  dia  sedang
            menahan  sabar.  Tapi  aku  masih  khawatir,  bisa  saja  kesabaran  itu




                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  106
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112