Page 102 - 2B
P. 102

2B


                    Aku  menghembuskan  nafas.  Kukira  hari  ini  Eni  akan
            menghiburku,  ternyata  malah  menambah  suasana  hatiku  menjadi
            tidak stabil. Tapi, bukankah memang seperti itu kelakuannya?
                    “Eni,” kataku kemudian pelan, “Ini sudah takdirku, jangankan
            aku yang kau bilang terlalu jujur. Hmm.. adakah kata terlalu jujur di
            dunia  ini?  Kurasa  yang  ada  hanya  jujur  dan  tidak  jujur.  Bukankah

            anak-anak yang tidak jujur juga ada yang bernasib sama denganku?
            Tidak lulus?”
                    Eni kemudian menunduk dalam, “Iya Bit, kau benar! Seperti
            dia, kan?” kini Eni kembali berkata semangat, “Bara..,”
                    Segera saja cepat kusela, sebelum dia berbicara lebih jauh,
            “Sudah, tidak usah membicarakannya!” Kembali kusentak Eni.
                    Eni kembali menunduk, tak berani lagi berkutik. Aku tak ingin

            Bara menjadi perbincangan. Hal itu akan membuat hatiku ikut perih.
            Bukankah  dulu  dia  musuh  nyataku?  Saat  detik  menuju  ujian
            kupandang dia dengan wajah benci. Tapi sebelum itu, mengembang
            kagumku  padanya.  Bagaimanapun  juga,  Bara  terlalu  banyak
            mewarnai hidupku dengan segala hitam putih yang ada.
                     “Maaf Bit!”

                    Aku  jadi  sedikit  merasa  lelah.  Rupanya  aku  tidak  hanya
            dituntut  untuk  mengkondisikan  hatiku  sendiri,  aku  juga  harus
            mengkondisikan hati teman-temanku.







                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  101
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107