Page 112 - 2B
P. 112
2B
mukena dan aku pun hanyut dalam sujud dhuha kala itu.
Kupanjatkan doa, semoga Tuhan memberikan rezeki kelulusan
untukku dan untuk teman-temanku.
***
Aku menggerutu dalam hati. Kembali kehilangan Bara.
Terlalu kunikmati sujud tadi. Hingga ku keluar, rupanya Bara sudah
meninggalkan mushola. Bahkan anak Rohis tadi yang kulihat pun
sudah tak ada. Bel tanda masuk berbunyi. Wajar jika tak kulihat lagi
batang hidung anak-anak Rohis. Satu persatu anak perempuan
sholat di sampingku pun sudah tak tahu kemana.
Kuputuskan untuk kembali ke kelas. Intensif kedua akan
dimulai. Hari ini kami diberikan dua kali intensif. Pertama untuk
Fisika dan setelah ini aku belum tahu untuk mata pelajaran apa.
Leluasa kulangkahkan kaki di koridor hingga kemudian kudapati
yang kucari. Bara. Kulihat dia duduk di bangku depan kelas.
Sesekali dia mengangguk, melempar senyum pada adik-adik kelas
yang menyapanya. Lega kurasa. Akhirnya kudapati juga dia.
“Bara,” aku memanggilnya dan dia menoleh ke arahku.
Sebentar sekali. Dia kemudian memalingkan muka.
Kudekati saja dia. Aku ikut duduk agak jauh darinya, tapi
masih di bangku yang sama. Kulihat dia yang kemudian menunduk,
menahan murung. Dia menghembuskan nafas masih menatap ke
bawah. Entah menatap lantai atau sepatunya yang dia gerak-
gerakkan.
“Kau boleh menghinaku sekarang,” Bara berujar, masih
menunduk dalam.
Maulida Azizah & Ummu Rahayu 111

