Page 8 - 2B
P. 8

2B


            suara-suara   meja   digeser,   walau   akhirnya   ketenanganku
            mengejarkan  soal  terganggu  oleh  panggilan  teman-teman  yang
            meminta contekan.

                                             ***


                  “Kita  perlu  mengganti  strategi  kita,  Bara!”  Zein  menghampiri
            Bara  begitu  Bu  Rina  keluar  dari  ruangan.  Perkataan  Zein  itu
            memancing teman-teman yang lain untuk bergerombol ke arahnya.
            Mereka kemudian meleseh di depan ruangan itu.
                  “Benar.  Masalahnya,  Bu  Rina  saja  bisa  tahu  strategi  kita.
            Takutnya,  pengawas  ujian  nasional  nanti  juga  tahu.”  Seseorang
            yang duduk agak jauh dari Zein menyahut.

                  Bara  membetulkan  letak  kaca  mata  di  wajahnya,  kedua
            keningnya  hampir  bertemu.  Dihembuskannya  nafas  agak  kencang.
            Tampak  ia  berpikir  keras.  Aku  yang  berdiri  di  depan  pintu
            menatapnya. Sekilas kami bertemu, dia segera menghindari senyum
            kecutku. Tak peduli, tepatnya.
                  “Aduh, Aku ragu. Aku ragu kita nanti akan berhasil.” Eni tiba-

            tiba  keluar  dari  dalam  kelas,  membawa  aura  pesimis.  Wajahnya
            setengah panik, mungkin mengingat gagalnya strategi tadi.
                  “Jangan bikin pesimis dong, En.”
                  “Eh?”  Eni  sedikit  tersentak,  mungkin  sadar  sudah  membuat
            suasana  malah  memburuk.  “Mungkin  kita  perlu  ganti  strategi.”
            Segera saja diperbaikinya kata-katanya, lalu mencoba memotivasi.
                  “Iya,  En. Nanti kita  akan membahasnya lagi. Tolong pikirkan

            lagi  strategi  lainnya.”  Bara  menatap  Eni  lalu  pandangnya  ke  arah

                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  7
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13