Page 137 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 137
“Ah, barangkali itu hanya cerita yang sengaja dihem-
bus-hembuskan agar kita tidak naik ke atas untuk berburu
babi hutan.”
“Apakah tidak ada yang benar-benar bisa dipastikan
kabar itu, Song? Tidak hanya sampai pada kata ‘barangkali’?”
“Bukankah dengan turunnya Inyik dari gunung sudah
terbukti adanya, bahwa ia muncul untuk memperingatkan
kita bahwa sebentar lagi akan ada bala yang akan menimpa
kampung ini?”
***
Sudah beberapa malam, udara tercium begitu wangi. Aro-
ma bunga dari tujuh gunung, begitu kata Osong, sambil
menjulurkan hidungnya ke luar lepau. Hidung Osong kem-
bang-kempis berusaha menangkap keseluruhan aroma yang
memenuhi udara malam itu.
Mendengar perkataan Osong, seketika riuh lepau jadi
sunyi-senyap. Aroma wangi bunga itu tidak ubahnya serupa
cengkeraman yang mencekik kerongkongan mereka saat ini.
Suara-suara serak mereka seperti tertahan di tenggorokan.
Kopi-kopi yang mereka minum tidak tertelan, tersangkut
di tenggorokan.
“Itu!” Osong menunjuk-nunjuk ke luar lepau.
Orang-orang di dalam lepau seketika mengalihkan pan-
dangan mereka ke arah tunjuk Osong.
“Apa?” akhirnya salah seorang dari mereka membuka
suara, karena tidak kunjung menemukan apa yang ditunjuk
Osong.
119

