Page 138 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 138

“Tadi! Sekarang sudah lenyap!”
               “Apa? Kami tidak melihat apa-apa! Hanya gelap malam
           di luar sana!”
               “Tadi! Dekat pokok kayu itu! Bayangan orang tua itu,
           Inyik itu, berdiri di sana, dengan tongkat dan belanga kecil
           di genggamannya yang tidak henti-hentinya mengeluarkan
           asap!”
               Seketika, seisi lepau, berhamburan keluar, mereka ber-
           lari ke arah yang ditunjuk Osong tadi. Namun, tentu, mereka
           tidak mendapati apa-apa lagi.
               “Seketika Inyik itu langsung menghilang saat ia me-
           nyadari aku tengah menatapnya,” terang Osong lagi ketika
           orang-orang seisi lepau kembali menatapnya dengan tatapan
           tidak ada apa-apa.
               Kejadian malam itu pun cepat tersebar. Di mana-mana,
           orang-orang membicarakannya. Dan tidak di mana-ma-
           na, sekampung kini orang mencari-cari Osong. Tentu saja,
           orang-orang itu ingin mendengar langsung keterangan dari
           mulut Osong.
               Beda hal dengan Osong, ia tidak terlalu ambil pikir akan
           kejadian malam tempo hari. Ia tidak terlalu peduli dengan
           orang-orang yang sibuk mencarinya. Ia tidak terlalu meng-
           hiraukan kalau ia kini jadi buah bibir orang kampung. Dan
           ia tidak terlalu larut dengan cerita-cerita ketakutan orang
           kampung akan datangnya bala ke kampung itu.
               Osong kini sibuk menyisiri jalan kampung. Membawa
           anjing-anjing pemburunya jalan sore. Ada sepuluh ekor an-
           jing ia bawa seorang diri. Empat ekor anjing jantan dewasa,


                                  120
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143