Page 141 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 141

tidak sanggup lagi menghirup wanginya. Bikin hidung perih.
               Walau hidung-hidung mereka telah mereka tutup dengan
               kain, namun wangi itu tetap tercium, tetap menusuk. Se-
               makin lama, semakin mencium wangi itu, membuat orang
               semakin pusing. Jangankan berdiri, duduk saja mereka be-
               gitu terhuyung. Dada menjadi perih, seperti jarum-jarum
               kecil menusuk-nusuk.
                   Walau orang-orang sudah rebah karena tidak kuat
               mencium begitu wanginya malam itu. Hanya seorang yang
               terbangun, yaitu Osong. Entah bagaimana caranya dan apa
               yang terjadi. Osong tidak merasakan aroma wangi yang
               menyengat itu. Entah karena hidungnya tersumbat, atau ada
               suatu hal lainnya, yang membuat dirinya tidak terpengaruh
               aroma wangi menyengat itu. Yang jelas, Osong malam ini
               melonglong. Lolongannya lebih mencekam dari lolongan
               anjing-anjingnya. Osong melolong karena anjing-anjingnya
               yang sepuluh ekor itu kini telah kaku tidak bernyawa. Osong
               melonglong, sambil membelah dada anjingnya dengan belati.
               Dan dari dada anjing itu, berhamburan jarum-jarum halus
               yang bergerak-gerak dengan sendirinya.*

















                                      123
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146