Page 139 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 139
sepasang tali kalanya di tangan kanan dan sepasang lagi di
tangan kiri. Sedangkan enam ekor lagi, jantan tanggung,
atau masih remaja—yang masih dalam proses dilatih untuk
berburu—tali kalanya terikat keenamnya di pinggang
Osong. Badan Osong yang tidak terlalu besar, terhuyung-
huyung mengendalikan langkah anjing-anjingnya, teru-
tama mengendalikan langkah enam ekor anjing jantan
tanggungnya. Mereka masih lasak. Langkah-langkah kaki
mereka masih ingin ke sana kemari. Namun, Osong sudah
terbiasa, irama langkah kakinya sudah bisa mengikuti
langkah kaki anjing-anjingnya. Terkadang, salah seekor
anjingnya berhenti mendadak dan membuang hajatnya.
Osong akan dengan sabar menunggu anjingnya itu sampai
tuntas hajatnya.
“Kabarnya, malam ini puncaknya!” ujar saya, meng-
hampiri Osong yang masih menunggu anjingnya menun-
taskan hajatnya.
“Puncak apa?” balas Osong. Ia pun ikut buang hajat
tepat di sebelah anjingnya yang sedang mengangkat kakinya
sebelah.
“Puncak peringatan akan datangnya bala di kampung
ini!”
“Ah, barangkali! Namun, yang tidak aku mengerti, ke-
napa kita mesti ditimpa bala? Apa salah kita? Salah orang-
orang kampung ini?”
“Salahnya kita, salahnya orang kampung ini adalah te-
lah melupakan tradisi! Coba kau ingat-ingat, Song! Sudah
berapa lama kampung ini tidak melarung di Batang Ka, anak
121

