Page 144 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 144

nolong dan menjunjung tinggi privasi masing-masing. Itu
           yang saya banggakan dari persahabatan kami.
               Wahyudi, seorang mahasiswa S2 agro teknologi, ada-
           lah seorang yang paling alim di antara kami. Ia tak pernah
           meninggalkan salat, dan sebisa mungkin berjamaah di mas-
           jid. Meski alim, ia tak pernah bersikap menggurui dan mera-
           sa paling suci. Baginya ibadah adalah urusan masing-masing
           hamba. Ia tak pernah menyerukan ajakan salat berjamaah
           kepada penghuni rumah yang lain. Ia juga tak pernah mem-
           protes ketika mempergoki salah satu di antara kami mangkir
           puasa atau memasukkan cewek ke dalam kamar semalaman.
           Bagi kami bertiga, Wahyudi adalah saudara tertua. Seseo-
           rang yang meneladani perilaku Rasulullah sekaligus menjadi
           teladan karena kesalehannya. Wahyudi memancarkan air
           muka teduh, menerbitkan rasa segan bagi kawan-kawannya.
               Seperti arus berlawanan, Jodi adalah sosok paling ugal-
           ugalan sekaligus paling radikal di antara kami. Ia seorang
           aktivis kampus. Lebih dari separuh masa kuliahnya, ia ha-
           biskan untuk turun ke jalan, berpanas-panasan membela
           kaum tertindas, tapi setelah demo, pulang membawa teman
           tidur baru. Jodi tidak pernah malu-malu menunjukkan gaya
           hidupnya yang bebas. Ia bercumbu di kamar, mengoleksi bot-
           ol minuman keras, dan sering pulang pagi setelah mereguk
           kenikmatan malam di luar sana. Tabiatnya tak pernah meri-
           saukan kami, kecuali gelar sarjananya di ujung tanduk. Ayah
           ibunya sering menelepon saya hanya untuk menanyakan
           perkembangan skripsi Jodi, bahkan secara terang-terangan
           memohon kepada saya agar membantu penulisan skripsi


                                  126
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149