Page 147 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 147
Menurut pengamatan saya, peniadaan salat jumat be-
lakangan, membuat keimanan Wahyudi terusik. Ia merasa
bersalah, sehingga sebagai gantinya ia khataman Al Quran
demi menebus rasa tak nyaman dalam batinnya. Saat ia
mengetahui imbauan pemerintah bahwa Bulan Ramadan
dan Idul Fitri tahun ini penyelenggaran salat tarawih, itikaf,
tadarus maupun salat Id di masjid ditiadakan, wajahnya
tampak seperti sawi layu.
Suatu hari Wahyudi memutuskan pulang kampung leb-
ih awal. Saat saya tanya apa alasannya, Wahyudi bilang mum-
pung perkuliahan libur, ia akan mencoba menggarap lahan
terbengkalai milik keluarganya di desa. Gairah bercocok
tanam menjadi sangat tinggi sebab katanya sekarang ia tersa-
dar bahwa menjadi sarjana pertanian tidak ada gunanya jika
ketahanan pangan begitu rentan di tengah wabah. Pemikiran
demikian sebenarnya kurang tepat, tapi saya tak menyang-
gah. Saya pikir, tindakan terbaik di masa pandemi seperti
ini yakni melakukan tugas masing-masing sebaik mungkin
tanpa membahayakan dan merugikan orang lain. Ketika
mengantar Wahyudi ke terminal, dalam hati saya berkesim-
pulan: bukan dorongan menjadi petani dadakan-lah alasan
sesungguhnya yang membuat Wahyudi pulang kampung. Di
atas sepeda motor balap saya, di lampu merah kedua yang
kami jumpai, sambil lalu Wahyudi bilang, kakeknya, seorang
kyai kampung, berpesan bahwa tak perlulah takut kepada zat
tak kasat mata kecuali kepada Gusti Allah, Pencipta jagat raya
beserta segala makhlukNya. Itulah alasan sebenar-benarnya
Wahyudi lekas mudik.
129

