Page 62 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 62

Setelah menunggu beberapa saat dan perempuan itu
           tidak muncul kembali, saya menyeberang jalan, menuju
           sebuah warung yang ada di tepi timur jalan. Sambil meme-
           san minuman, saya pun bertanya pada ibu pemilik warung
           tentang menara tersebut. Ibu itu tampak terperanjat sekejap
           begitu saya bilang saya melihat seorang perempuan muda di
           balik jendela menara itu. Dia kemudian mengatakan bahwa
           dirinya sendiri, yang sudah berada di sana sejak lima tahun
           yang lalu, tidak pernah melihatnya. Tapi, memang, dia sering
           mendengar bahwa di ruang itu terdapat seorang perempuan
           yang menjadi penghuninya, yang sekali-sekali muncul. Bulu
           kuduk saya langsung merinding.
               Sampai jam 10 malam saya tetap duduk di warung itu
           dengan perhatian penuh ke jendela. Tapi, perempuan terse-
           but tidak lagi muncul. Ibu pemilik warung bilang, dia akan
           segera tutup. Saya bingung dan memutuskan untuk pindah
           ke sebuah restoran yang letaknya tidak jauh dari tempat itu.
           Karena restoran itu sekaligus merupakan tempat karaoke,
           dalam perjalanan saya sebenarnya sedikit ragu. Saya khawa-
           tir restoran itu tutup karena musim pandemi. Tapi entah ke-
           napa saya tetap melanjutkan perjalanan ke arahnya. Dan saya
           merasa beruntung sebab ternyata restoran itu tetap buka.
               Pelayan restoran segera menyambut saya dengan menu,
           sekaligus tentu saja menawarkan karaoke lengkap dengan
           pemandunya. Saya tidak punya minat untuk karaoke malam
           itu. Pikiran saya penuh dengan teka-teki tentang perempuan
           di menara. Namun, kembali saya tidak tahu kenapa, di
           depan saya melintas seorang perempuan muda, tampaknya


                                  44
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67