Page 67 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 67
“Memang ada kabar yang menyedihkan. Seorang peri
mengatakan, anjing itu dicuri oleh Peri Si Pengutuk. Ia,
katanya, tidak mau anakku punya teman apa pun. Sabar,
ya, anakku”, lanjut Sang Raja dengan kepala yang perlahan
diangkat. Ia lihat mata anaknya masih menatapnya dengan
air mata yang kembali mengucur. “Kami akan memohon
pada Sang Peri yang dulu, memberikan satu anjing lagi
sebagai penggantinya. Dan ia bersedia.”
Mata Sang Putri tampak menyinarkan harapan. Kemu-
dian tertidur. Tampak begitu nyenyak. Ia tetap tidur ketika
kedua orang tuanya meninggakan tempat itu. Ia terus tidur
sampai matahari sudah terbenam. Sampai sebuah elusan
membangunkannya di tengah malam. Hatinya berdebar.
Anjingnya sudah kembali. Ia biarkan elusan itu sampai jauh.
Dan tiba-tiba ia merasakan ada yang lain. Ia merasa elusan
itu telah masuk sangat jauh. Lebih jauh dari sebelumnya. Ia
mengerang lebih keras. Tapi tak mau membuka matanya. Ia
takut kalau semua kenikmatan itu hanya mimpi.
Putri tersebut baru terbangun begitu sinar matahari
menembus jendela dan membuatnya merasa sedikit silau.
Dia agak tersentak melihat ayahnya sudah ada di tepi ran-
jangnya, seperti kemarin. Ia lihat mata ayahnya sayu, tampak
kelelahan. “Mungkin karena memikirkan anjing itu,” pikir-
nya. Ingin ia ceritakan bahwa anjingnya sudah kembali tadi
malam. Biar Sang Ayah bisa tidur nyenyak seperti biasanya.
Tapi, ia membatalkannya. Takut anjing itu akan hilang lagi
bahkan selamanya. “Di mana ibunda Ratu,” tanyanya sambil
lalu. Hatinya masih penuh dengan peristiwa tadi malam.
49

