Page 64 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 64

gah tamunya berbuat jahil. Tapi, saya malas membantahnya.
           Saya biarkan dia mengeluarkan satu demi satu cerita, dari
           cerita tentang sungai di belakang rumahnya, cerita tentang
           peristiwa-peristiwa heboh yang pernah terjadi di tempat
           itu, tamu yang baik hati, yang suka kasih tip besar, tamu
           yang suka bikin mabuk pemandunya, teman pemandunya
           yang kecanduan dan akhirnya mati, dan sebagainya. Saya
           mendengarkan saja. Tak ingin menyela. Posisi duduk kami
           makin rapat.
               “Sekarang saya cerita tentang diri saya sendiri, ya Om?”
           dia bertanya sambil menatap dan memegang tangan saya.
               “Itu lebih baik,” jawab saya membalas pegangan ta-
           ngannya. “Gimana gadis secantik kamu kok bisa sampai di
           sini. Umurmu berapa?”
               “Minggu depan genap 20 tahun. Rayakan ulang tahun
           saya di sini, ya, Om?” Tubuhnya makin rapat, matanya me-
           mandang penuh harap.
               “Oke, kalau ceritanya menarik. Jangan cerita bohong,
           lho, ya.”
               “Baik, Om,” tubuhnya bergesar makin dekat. Wangi
           rambutnya menerbangkan saya ke masa remaja. Apalagi
           begitu tangan saya diletakkannya di atas pahanya yang telan-
           jang. Saya mulai hilang fokus. Mengisap rokok lebih dalam.
                                  ***


           Sudah dua kali ia menjalani hubungan gelap itu. Maksud-
           nya, bukan bersetubuh secara tidak sah sebanyak dua kali,
           tapi sudah dengan dua pasangan yang berbeda. Meskipun


                                  46
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69