Page 63 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 63
pemandu yang baru datang. Saya tersentak, wajah dan ram-
but perempuan itu sangat mirip dengan yang saya lihat di
menara. Setelah memastikan bahwa yang baru melintas itu
seorang pemandu, saya pun menerima tawaran si pelayan
restoran.
Begitu pelayan tersebut mengatakan sudah siap, saya
segera melangkah menuju ruang karaoke dekat pintu masuk
restoran yang sengaja saya pilih. Dalam cahaya temaram
ruang karaoke itu, pemandu yang ternyata sudah ada di
dalam menyambut saya dengan senyum manis dan dengan
pandangan mata yang tajam berkilau. Saya kembali terse-
ngat dan segera menjadi yakin bahwa yang ada di hadapan
saya memang perempuan yang di menara itu. Sambil duduk
di sofa, kami pun berkenalan. Saya memperkenalkan diri
sebagai Iman dan dia, yang membuat saya menjadi dheg-
dhegan, memperkenalkan diri dengan nama Korona.
“Mau nyanyi apa, Om?,” tanyanya sambil memainkan
maose untuk monitor yang berisi daftar lagu yang ada di
bawah meja dan terlihat tranparan dari lantai kaca meja di
depan kami duduk.
“Wah, saya lagi malas nyanyi. Kita ngobrol-ngobrol aja,
ya?” jawab saya sambil terus memperhatikan wajah dan ge-
rak-gerik pemandu itu.
“Kebetulan, Om, saya punya banyak cerita menarik.
Om suka dengar cerita?”
“Terserah kamu aja,” saya menjawab agak dingin. Kare-
na saya tahu, pemandu biasanya punya seribu satu cerita ten-
tang apa aja. Maksudnya, untuk mengulur jam dan mence-
45

