Page 128 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 128
"Hei kenapa tertawa saja...?" Ia kerutkan kedepan
bibirnya sementaraku masih tenggelam dalam tawa yang tak
bisa kutahan karena tingkahnya.
"Iiiih nyebelin !!!" Ia pukul bertubi-tubi lenganku, tidak
puas ia cubit pinggangku.
"Hahahaha, iya iya, ok... Hahahaha." Sulit untuk
kuhentikan tawa, "Baiklah aku coba sekarang ya?".
Ia gantian terdiam dengan muka masam.
Lalu aku menuliskan ini untukmu kasihku:
***
'Kita dan Waktu'
.
Waktu itu adalah kita sayang,
Apakah kau dengar dentang detiknya?
Tiap geraknya selalu berbisik,
Lirih bagai alunan musik,
Klasik.
Jujur saja ia selalu mengusik kesendirianku, sayang,
Berisik.
Bagai seeokor bayi menangis kelaparan,
Ia ingin ditenangkan,
Dipuaskan.
Lalu,
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
128

