Page 125 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 125

Keempat,  'Penghakiman'  karya  Samanta,  adalah
           jenis cerpen horor yang mungkin sedikit perlu waktu lama
           untuk  mencerna  maksudnya,  dari  pertama  narasi
           pembukaan  saja  bisa  kita  dapatkan  hal  yang  langsung
           membuat  tanda  tanya,  apa  yang  terjadi?  Kecelakaankah?
           Mengapa  kemudian  tokoh  utama  ada  di  situ?  Dilanjutkan
           dengan  karnaval  barong?  Dan  pada  akhirnya  juga  ditutup
           dengan kata yang masih saja menimbulkan pertanyaan, si
           aku ini sebenarnya kenapa dan dimana?

                  Kelima,  'Curahan  Mahluk  Tuhan  Bernama  Setan'
           karya  Itox  VC,  merupakan  kritik  atas  akal  budi  manusia
           dengan pendekatan akuan tokoh setan, kritik yang pastinya
           langsung mengena logika agar manusia bisa mengevaluasi
           dirinya, apakah ia melakukan kejahatan atas godaan setan
           ataukah  ia  lakukan  kejahatan  atas  nafsunya  sendiri  -dan
           mengambil  jatah  pekerjaan  setan-.  Seperti  halnya  'Iblis
           Menggugat Tuhan'nya Sauni, penulis mencoba menyajikan
           hal-hal  yang  sangat  jarang  manusia  ketahui,  logika-logika
           yang disajikan dalam monolog Aku kepada pembaca sangat
           brillian dan saya kira tokoh manusia yang berdialog dengan
           iblis dalam cerpen ini adalah Bang Itox sediri :-).
                  Keenam, masih karya Itox VC dengan judul 'Mungkin
           Aku dan Kamu Tengah Menanti Seorang Pahlawan'. Cerita
           bertema  gender  atau  kesetaraan  derajat  antara  lelaki
           perempuan  dengan  menggunakan  bahasa  surat,  atau
           monolog  dari  tokoh  lelaki  kepada  tokoh  perempuan,  yang
           menarik  adalah  kritik/pengandaian  penulis  terhadap  sosok
           Kartini,  sebagai  tokoh  emansipasi  yang  dituliskan  dalam
           sejarah, tentu saja selain keberanian ia juga memangku trah
           bangsawan,  andaikan  Kartini  dilahirkan  bukan  dari
           bangsawan?  Apakah  ia  masih  akan  berani  menyuarakan
           aspirasinya?  Inilah  juga  yang  hendak  dimaksudkan  Bang
           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                           125
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130