Page 120 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 120
"Sudah aku bilang berkali-kali, jangan ganggu aku!
Aku sedang menulis!".
"Tapi aku rindu kamu, kemarin kedatanganku kau
abaikan, tak kau acuhkan barang waktu sepersekian.
Sedang membaca apa kamu? Sms dari pacarmu itu?" Tak
begitu ia hiraukan keluhku, malah langsung saja dempetkan
tubuh dan ajukan kepala di samping kepalaku, sedikit
mengusik jalan tanganku menjamah keypad handphone -
aku lebih sering menulis menggunakan gawai daripada
kertas dan tinta.
"Aku tidak sedang membaca, tetapi kini aku sedang
menulis, apa kamu tidak melihatnya?" Ketusku.
"Serius amat, emangnya nulis apaan?" Keponya.
"Ini tentang karya cerpen teman-teman Teater Getir.
Aku hanya memberi beberapa komentar."
"Mau aku bantu? Aku kan sudah lama hidup dalam
cerita-cerita, tentu saja aku lebih berpengalaman daripada
kamu."
"Boleh juga, asalkan tidak ngawur seperti kemarin lho
ya! Gara-gara saran kamu kemarin, aku jadi ada masalah
dengan kekasihku."
"Lho kok jadi nyalahin aku?"
"Ya, memang gara-gara kamu kok."
"Oh iya, ya sudah, apa kamu mau aku buatkan kopi?
Atau susu? Atau teh saja? Rokokmu masih kan?" Tanpa
perasaan bersalah ataupun minimal sedikit kemalu-maluan,
Ia lepas pelukannya pada tubuhku yang tak secuilpun
membalas, segera ia berdiri dan menolehku, beranjak kaki
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
120

