Page 121 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 121
hendak ke dapur namun terhenti sejenak menunggu
jawabku.
"Pertama, aku sedang konsentrasi menulis komentar
ini dan berupaya memperbaiki hubunganku dengan kasihku
yang sempat salah paham, tetapi kau malah
menggangguku. Kedua, aku tidak sedang haus atau ingin
minum, terimakasih atas tawaranmu. Ketiga, aku ingin
berhenti merokok, ini sudah aku sediakan banyak permen
untuk gantikan perannya." Jawabku tanpa tolehkan wajah,
masih fokus pada layar handphone yang berukuran tiga kali
dua inchi. "Kau tak perlu repot-repot, kalau mau, duduk
manislah saja di sofa sambil mengoreksi buku-buku
catatanku, atau istirahatlah di kasur jika mungkin kau
kecapaian." Saranku melihat perubahan rona wajahnya yang
mendadak mengguratkan kecewa, niat baiknya aku
campakkan.
"Ya sudah, aku mau buat kopi untuk diriku saja, dan
kau perlu ingat, wanita sepertiku ini tak akan pernah merasa
kecapaian, jangan lupakan itu!" Katanya pergi
meninggalkanku, langkahnya kecil-kecil tetapi cepat seperti
sengaja dibuat-buat, aku tersenyum melihat polah lucunya.
"Dasar gadis bandel, dari dulu selalu saja begitu,
keras kepala!" Gumamku menyaksikan ia menembus
tembok kamar yang bisa langsung ke dapur, masih sama,
tak pernah ia pergunakan pintu yang sudah susah dibuat.
Oh ya, dia adalah wanita dalam bait cerita yang
pernah ditulis tinta. Wajah cantiknya selalu pucat, rambutnya
hitam keunguan -violet indah bergelombang, tetapi sudah
dua bulan ini dipotong lurus berponi, mata bulatnya bening,
pipinya melengkung sempurna sedikit cembung kenyal
berisi, jika diperhatikan sekilas ia mirip boneka, imut dan
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
121

