Page 54 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 54
ketampanan, hancur menjijikkan. Irama gending Gondosuli
berbunyi mengiringi detik-detik akhir hidup seorang bercadar
hitam yang kini telah tersingkap.
"Mengapa aku lakukan ini? Ketahuilah bahwa
sebenarnya akulah yang mengundang Rahwana untuk
mengambilku darimu, aku telah jatuh cinta padanya, ia
memiliki segalanya, ketampanan lelaki yang sesungguhnya,
harta kekayaan, dan kebahagiaan, tidak sepertimu. Aku
telah bosan hidup dalam kemelaratan, terlebih lagi lihatlah
dirimu! Apakah kiranya seorang putri secantik diriku selalu
bercinta dengan seorang buruk rupa sepertimu. Dan kau
seharusnya tahu, apalagi yang bisa menjamin cinta di dunia
ini, kecuali harta?" Terus terang Nareswari.
Betapa remuk redam hati seorang bercadar hitam
yang kini telah tersingkap itu. Ia merasa ketiadaan dirinya
yang dalam. Mengapa di sisa akhir hidupnya, bukanlah cinta
dan kasih sayang yang ia dapatkan. Malah pengkhianatan.
Kekejaman wanita. Semakin cantik rupanya maka semakin
menyakitkanlah jatuh cinta padanya.
"Kau boo...boleh mengkhianatiiiku. Taaa...tap...tapi
kau harus taaau... Ti..tiada balasan terbaik bagi
peng...pengkhianat selain dii..dikhianati. Tuu...buhmu akan
mengkhianatimu. Kkkaaau akan segera meem
meenyusulku..." Kutuk seorang bercadar hitam yang kini
telah tersingkap kepada mantan kekasihnya. Nafasnya
semakin pekat, sesak memberat, semakin sekarat, dan
arwahnya terbang ke akhirat.
"Hahaha. Kini, semua kekayaan istana ini hanya
milikku sendiri. Hahaha." Nareswari tertawa penuh
kemenangan.
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
54

