Page 52 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 52

***

                  Suasana  kembali  tenang.  Rahwana  menghampiri
           seorang  bercadar  hitam,  dipeluknya  ia  seperti  memeluk
           sahabat yang sudah berjuta tahun tak pernah jumpa.

                  "Terimakasih  Narendra,  kau  telah  membantuku
           memusnahkan pengkhianat dalam selimut kamar istanaku.
           Terimakasih. Kau layak untuk mendapatkan istrimu kembali.
           Silahkan  bawa  saja  Nareswarimu  itu  ke  tempat  asalmu."
           Kata Rahwana dengan tersenyum bangga.

                  Seorang bercadar hitam menjabat tangan Rahwana
           dan kembali memeluknya. Melangkah seorang bercadar itu
           memasuki  kurungan  emas,  didekati  Nareswari  yang  telah
           tergolek  lemas,  dilepaskannya  ikatan  yang  memborgol
           tangan  kekasihnya  itu,  mereka  berpelukan,  Nareswari
           menangis,  airmatanya  membasahi  jubah  hitam  yang  ia
           kenakan. Disaat adegan romantis itu berlangsung, Rahwana
           langsung  menutup  kembali  jeruji  emas  sehingga  mereka
           berdua terkurung di dalamnya.

                  "Hei!  Apa  yang  kau  lakukan?  Bukankah  kita  sudah
           bersepakat?  Aku  telah  percaya  kepadamu,  kenapa  kau
           malah berkhianat!" Bentak seorang bercadar hitam.
                  "Hoahahahaha!  Ia  yang  berkhianat  pasti  akan
           dikhianati.  Bukankah  ini  juga  pantas  untukmu?  Kau  telah
           mengkhianati Kumba! Hahahaha." Rahwana tertawa lebar-
           lebar.

                  "Tapi kita sudah sama-sama berjanji!"

                  "Janji?  Hahahahaha.  Apalah  arti  janji  bagi  seorang
           pengkhianat? Bukankah itu hanya bumbu manis penyedap
           rasa? Hahaha."
           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                            52
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57