Page 48 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 48
"Baiklah. Aku akui bahwa memang aku yang mencuri
mukamu. Tapi kau perlu tahu juga! Aku melakukannya
karena aku menuntut balas kepadamu wahai Rahwana!
Bukankah kau juga yang telah mencuri kekasihku, Putri
Nareswari?"
"Iya, aku yang telah mencurinya. Sekarang aku bisa
merasakan betapa kecewanya menjadi seorang pencuri
yang kecurian. Hal yang paling dibenci oleh pencuri adalah
ketika barang miliknya dicuri orang lain, pun sama halnya
kekecewaan seorang pembohong adalah ketika ia berhasil
dibohongi oranglain." Kata Rahwana bijak. "Aku mengakui
kesalahanku, aku telah mencuri Nareswarimu."
"Baiklah, sekarang jelas. Ia yang mencuri pasti akan
dicuri, sedang ia yang memberi pasti akan diberi. Sekarang
apa yang akan kita lakukan?" Seorang bercadar hitam
membuka perundingan.
"Baiklah, karena ini sudah jelas. Maka aku ingin
menawarkan untuk kita sama-sama saling mengembalikan
apa yang telah kita larikan. Kau mengembalikan muka-
mukaku, dan aku akan kembalikan kepadamu Nareswarimu.
Bagaimana?"
"Baiklah, sepakat!"
"Kalau begitu, mari ke istanaku." Ajak Rahwana
senang. "Oh iya, satu lagi, aku meminta tolong kepadamu,
agar kau nanti bisa menjelaskan kepada adikku, Kumba,
bahwa aku memang benar-benar Rahwana. Kakaknya."
"Iya, kita lihat nanti."
Berdua. Rahwana dan seorang bercadar hitam
bersegera menuju Keraton Alengka.
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
48

