Page 50 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 50
"Hahaha, bodoh sekali Kanda Wana, tak tahu kalau
aku hanya berpura-pura tak mengenalinya. Sekarang, kini
kekuasaan Alengka berada di tanganku sepenuhnya.
Selama ini aku sudah muak dengan kepura-puraanku
bersikap baik padanya, semenjak kecil, hanya ia yang selalu
diunggulkan, selalu diuntungkan. Sedangkan aku? Aku
selalu menjadi yang nomor dua." Kesah Kumba mengakui
kesebenaran isi hatinya. "Hah! Peduli setan! Terpenting
sekarang akulah yang menjadi penguasa kerajaan raksasa.
Aku sudah bosan bertahun-tahun hanya tidur-tiduran saja,
sekarang saatnya aku mulai memerintah Alengka. Akulah
Sang Kumbakarna, menjadi maharaja diantara para raja
raksasa! Hahahahaha."
Kumbakarna kembali mendekati Putri, Ia meraba-
raba tubuh Putri yang tangannya masih terikat ke belakang.
Putri meronta, menghindar. Namun Kumba berhasil
menusukkan keris tumpulnya ke dalam lubang surgawi
Nareswari. Di saat seperti itu, entah dengan ajian apa
Rahwana dan Seorang bercadar hitam telah memasuki
istana.
"Hei Kumba! Apa yang sedang kau lakukan?" Teriak
Rahwana marah melihat adiknya berkelakuan tak senonoh
kepada Putri.
Kumbakarna kaget setengah modar kepergok dua
sosok yang dikenalinya. Kakaknya dan satu lagi seseorang
yang pernah menemuinya untuk mengajak kerjasama.
"Narendra, cepat berikanlah muka-mukaku biar
kuhajar Si Kumba!" Gegas Rahwana meminta kepada
seorang bercadar hitam.
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
50

