Page 53 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 53
"Biadab kau Rahwana!" Geram seorang bercadar
hitam mengoyak jeruji hinga gemetar.
"Huahaahahahaha! Huahahahahahaha!"
Rahwana terus terbahak-bahak, sesekali ia tersedak
hingga suaranya serak. Ia tak menyadari bahwa masih ada
satu topeng taji paling sakti yang belum ia dapatkan kembali.
Di dalam jeruji, seorang bercadar hitam itu memakaikan
topeng milik rahwana ke wajahnya, dan dalam hitungan
seperdetik ia telah berubah menjadi raksasa berwajah
menyeramkan, berkepala seperti singa, bertanduk kijang,
bersayap elang hitam, bersisik kura-kura, dan berekor naga.
Jeruji emas hancur seketika.
"Hoi pengkhianat biadab! Pergilah ke neraka!" Hanya
dengan satu hantaman, satu gigitan, satu patukan serangan
saja Rahwana telah hancur lebur seketika. Seorang
bercadar hitam yang tadi bertiwikrama menjadi raksasa itu
telah kembali menjadi wujud aslinya. Seorang dengan cadar
hitam menutupi sebagian mukanya.
"Dinda Nareswari. Kau tidak apa-apa?" Segera Ia
menghampiri kekasihnya dan memeluknya erat-erat.
Tanpa sepengetahuan seorang bercadar hitam,
Nareswari mengambil sebilah keris yang terselip di pinggang
kekasihnya itu, tanpa babibu, langsung ditusukkan keris itu
bertubi-tubi ke arah punggung, perut, dan dada. Seorang
bercadar hitam tersungkur, tergeletak di lantai, sekarat.
"Meng...mengap...mengapa? Kka...kkkaaa...kkkauu,
lakk laaakku...kaaan ini, pad..padaku?" Tanya seorang
bercadar tersendak-sendak, kini cadarnya telah tersingkap,
memperlihatkan dagunya menjulur maju lebih panjang dari
rahang atasnya. Muka bagian bawahnya sungguh jauh dari
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
53

