Page 58 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 58
yakin kalau itu hanyalah sekumpulan manusia yang sedang
berkanaval, karena aku melihat kaki dari hewan-hewan itu
berbentuk kaki manusia. Memang ada keanehan dibanding
barong biasa, karena yang aku lihat ini, setiap kepala dari
masing-masing hewan itu berjumlah paling sedikit dua, ada
juga yang tiga, empat, dan seterusnya, paling banyak
berkepala sembilan. Aku menjadi bertanya-tanya, lalu
bagaimana mereka bisa memainkan barong hewan tersebut,
padahal biasanya setiap barong hanya berkepala satu saja,
itu pun akan terasa sulit bagi yang memainkan jika barong
yang terbuat dari kayu itu masih terasa berat. Dan kepala
binatang barong itu berukuran besar-besar.
Satu diantaranya berkepala susun, meningkat seperti
tangga yang semakin ke atas semakin mengecil, bagai
gunungan wayang, atau reog. Kepala paling bawah adalah
kepala Singa, di atasnya kepala Harimau, di atasnya kepala
Beruang, di atasnya kepala Serigala, di atasnya kepala
Elang, di atasnya kepala Ular, di atasnya kepala Kelelawar,
di atasnya kepala Semut dan paling atas kepala Nyamuk.
Badannya adalah badan manusia biasa bertelanjang dada,
bawahnya memakai celana hitam setinggi lutut berenda
manik-manik warna emas, telapak kakinya tak beralas,
berjingkat-jingkat merasa pedas, aspalnya keras, panas.
Semuanya berjalan pelan-pelan dan menari-nari
diiringi suara nyanyian dari mulut-mulut berterbangan, tak
jelas lagu apa, seperti mantra-mantra dirapal keras-keras,
kadang juga mendayu, menjerit, membentak, menangis,
paling banyak tertawa, terbahak, teriak. Semuanya
menujuku, seperti menghakimi kesalahan-kesalahan,
kejahatan-kejahatan, dan kekejaman-kekejaman yang
dilakukan olehku. Banyak, sungguh semakin banyak saja
kerumunan yang memutariku, lebih dari satuan, lebih dari
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
58

