Page 63 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 63
"Konsep neraka dan surga ada, namun kita bisa
menterjemahkannya ke dalam pemaknaan yang lebih dari
sekedar materil belaka, surga dan neraka bertempat di hati
manusia itu sendiri."
"Bagaimana Tuhan berbicara padamu?"
"Tuhanku, selalu berbisik lewat hati, dan menghardik
dengan alam. Aku bisa menamakan obrolan Tuhan sebagai
intuisi atau rasa yang aku rasakan, boleh pula jika disebut
ilham."
"Terakhir," Ia masih mempertahankan senyumannya,
"Apa yang akan kau persembahkan untuk Tuhanmu?!" Kali
ini ia kembali melototkan matanya menghakimiku.
"Tidak ada yang bisa aku persembahkan kepada
Tuhan, kecuali diri ini seutuhnya."
Aku masih bingung, mengapa mulutku mampu
berbicara sedemikian lancarnya, bahkan tanpa sempat
terpikirkan terlebih dahulu olehku. Apakah ini disebut
keyakinan hati yang tak memerlukan logika untuk
mempercayainya, dan karenanya aku tertuntun dalam satu
dimensi menuju keabadiannya.
"Wahai anakku," Kudengarkan ia memanggilku,
suaranya semakin menggaung dan tubuhnya yang
berangsur-angsur semakin mengagung, menjadi besar dan
semakin besar namun berpendar memudar. "Aku
mempercayakan kepadamu agar kau mampu mengalirkan
kembali sungai dari mata air ingatan yang selama ratusan
tahun ini telah terhenti, berpusatlah pada bintang utara untuk
haluan hidupmu, jangan pernah kau ambil lagi air dari
sebelah kiri rumah Hades yang di dekatnya berdiri tegak
cemara putih. Kau adalah putra bumi terbentang dan langit
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
63

