Page 64 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 64
tegak penuh bintang, apabila pusaramu telah tergali, jangan
sekali-kali kau menghadirkan pesta merah berdarah untuk
mengiringi pengembaraanmu selanjutnya. Berilah minuman
bagi mereka yang haus akan kemurnian dan berilah
makanan untuk jiwa yang lapar akan kesejatian!"
Perlahan-lahan ia mengangkasa menjauh semakin
pudar dari pandangku, diikuti semua rombongan karnaval
barong juga ikut terbang satu persatu, mereka semakin tinggi
ke atas semakin mengecil dan berpijar membentuk komet
yang dalam waktu ingkat menjadi gugusan bintang. Kulihat
satu bintang paling terang di tengah antara gugusan bintang
langit itu berkedip seperti tersenyum kepadaku.
***
Aku masih bisa melihatnya, saat dimana aku membalikkan
tubuhku ke arah belakang, pecahan kaca dan juga debu
yang berhamburan berantakan itu bergerak menyusun
kembali dirinya menjadi bagian dari mobil dan motor yang
utuh, bagai di lorong waktu, semua bergerak mundur,
kronologi tabrak dan ditabrak itu seperti ditarik ke belakang,
dua truk pusso berwarna hijau penuh muatan itu juga
berjalan mundur, dan mobil warna merah kembali bangun
dari ketergelincirannya ikut berjalan mengikuti laju dua truk
hijau itu. Semuanya menghilang dari pandanganku dan
gelap menyergap pandangku.
***
Lamat lambat ada setitik cahaya putih menerangi gelap, titik
putih itu semakin membesar dan meluas, yang kulihat
hanyalah warna putih, semuanya putih menyilaukan mata,
dan suara bising berdesing memekakkan telingaku, lalu
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
64

