Page 60 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 60
kulihat adalah seorang berwajah sangat tua berkeriput
namun badannya yang telanjang masih bugar kencang,
ototnya kuat menonjol seperti binaragawan. Ia tersenyum
misterius kepadaku -seperti senyuman Monalisa, sebelum
aku membalas senyumnya, tiba-tiba ia merubah rautnya
menjadi sedih, mukanya semakin renta membuat simpati
hatiku, tak begitu lama, ia memelototkan matanya seram
seperti marah kepadaku, aku takut, sangat takut dibuatnya.
Gemetaran jiwa ragaku.
"Mengapa hidup? Untuk apa mati?" Tanyanya
menujuku, suaranya menggelegar bagai petir menyambar.
Kontan saja aku hanya diam ketakukan, gemeretuk
gigiku saling bertabrakan atas bawah.
"Kau mendengarnya? Jawab!!!" Sentaknya.
"Hii,,,hiidup untuk,,," Aku mencoba menjawab, tetapi
aku tak tahu harus menjawab apa, aku terhenti di situ.
"Mengapa hidup? Untuk apa mati?" Kembali diulangi
pertanyaannya masih menggunakan nada yang sama
tingginya.
"A,,,ak,,,aku tak tahu." Jawabku jujur.
"Kau harus tahu! Sebenarnya kau tahu! Ayo
jawablah!!!" Sentaknya ulang.
Aku malah semakin terdiam.
"Jawablah! Kau hanya perlu berani untuk
menjawabnya! Kau sebenarnya tahu!"
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
60

