Page 57 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 57
menubruk itu memang terjadi secara cepat, bahkan kilat.
Tetapi gerak pecahan berserakan itu begitu lambannya bisa
kulihat, gerakannya lambat, hingga aku masih bisa melihat
dengan jelas bagian gambar mata dari stiker wajah seorang
wanita yang ditempel di kaca mobil.
Entah mengapa tiba-tiba saja aku merasa menyesal,
aku merasa bersalah. Apakah aku yang sebabkan peristiwa
tragis itu terjadi, tapi seingatku aku tak melakukan apa-apa,
atau mungkin aku lupa. Aku memang berada di tengah jalan
raya, tetapi aku tidak tahu mengapa aku di situ, untuk apa
aku mau kemana. Hamburan kaca dan debu itu menyatu
bersama asap yang menggumpal membuatku seperti dalam
kabut yang gelap, asap itu terasa panas lalu membumbung
tinggi menuju langit.
Aku ingin berlari menghindar dari suasana itu, tetapi
tubuhku kaku, membatu. Seperti terpaku oleh jutaan pasak
memenuhi kakiku, tetapi akhirnya aku bisa menggerakkan
badan, namun hanya mampu berputar saja, belum bisa
melangkah meski sejengkal.
Aku melihatnya. Aku bisa memandang bahwa
panorama yang tadinya ada di belakangku dan sekarang
berada di depanku ini sungguh jauh berbeda, bertolak
belakang dengan latar yang tadinya ada di depanku dan
sekarang berada di belakangku. Aku menyaksikan iring-
iringan manusia yang mendandani diri mereka dengan
berbagai macam aksesoris, semuanya terlihat memakai
topeng, banyak juga yang menggunakan barong. Berbagai
macam jenis barong atau avatar yang dipakai, ada yang
berbentuk macan, ular, beruang, kadal, ayam, kambing,
tikus, kuda dan binatang lainnya. Semua bentuk barong tadi
hampir mirip dengan binatang sungguhan, tetapi aku bisa
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
57

