Page 47 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 47

"Jangan asal tuduh! Punya bukti apa kau menuduhku
           mencuri mukamu?"

                  "Halaaah! Aku tak mau basa-basi, serahkan mukaku
           itu padaku sekarang juga!"

                  "Tunggu-tunggu.  Janganlah  kamu  terburu  nafsu,
           segalanya  bisa  kita  bicarakan  secara  santai  dan  tenang,
           baiknya panjenengan singgah masuk dulu ke dalam gubug
           saya  ini.  Biar  saya  lakukan  apa  yang  seharusnya  aku
           lakukan pada tamuku. Kau adalah tamuku, mari aku jamu
           dengan jamuan ala kadarnya." Ajak seorang bercadar hitam
           sopan.

                  "Tidak!  Terimakasih,  tetapi  yang  aku  inginkan
           permasalahan  kita  segera  selesai!  Sekarang  dimana  kau
           sembunyikan  mukaku  itu?  Cepat  kembalikan  padaku
           sekarang juga!" Rahwana semakin tak sabar.

                  "Enak saja kau menuduhku! Apa buktinya kalau aku
           yang mencuri mukamu? Heh!"

                  "Penulis  cerita  ini  yang  tadi  memberitahukan
           kepadaku.  Kalau  kau  masih  tak  percaya,  silahkan  saja
           tanyakan  kepadanya!"  Lho  lho  lho,  kok  Rahwana  malah
           katakan  yang  sebenarnya?  Dasar  tak  tahu  diuntung!
           Melempar api sembarangan.

                  "I...I...iya  Narendra,  aku  yang  memberitahukan
           kepada  Rahwana,  soalnya  nganu,,,emmm,,,aku  kasihan
           lihat Rahwana seperti itu. Maafin aku ya! Soalnya, biar cerita
           ini  cepet  selesai  juga.  Hehe."  Kataku  menjelaskan  pada
           seorang bercadar hitam itu.

                  Kita  bisa  menyaksikan  betapa  kecewanya  seorang
           bercadar hitam itu kepadaku.
           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                            47
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52