Page 43 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 43
membuangmu dari Alengka. Iya kan? Hahaha. Aku tak
sebodoh yang kau kira, cantik! Hahahahaha."
"Tidak! Aku pantang untuk berdusta. Dan sungguh!
Kau bukanlah yang kemarin. Kau berubah!"
"Hahaha, bukankah memang tiada sesuatupun yang
tetap di semesta ini? Semua pasti berubah, dari waktu ke
waktu, detik demi detik, tiada yang permanen. Bukankah
begitu? Hahaha."
"Iya, tetapi kini kau bukanlah kamu! Lihatlah sendiri
rupamu! Kau bukanlah dia yang kau maksud! Bercerminlah!"
***
Kerajaan Alengka geger seketika, semua muka yang biasa
dipakai Rahwana hilang tanpa sisa. Kesepuluh wajah yang
menjadi taji kekuatan utamanya itu telah dicuri, ditanyakan
kesana kemari, tiada yang mengetahui. Ia pergi ke Gua
Lawa dengan tujuan menanyakan kepada adiknya-
Kumbakarna, barangkali wajahnya sedang dipinjam untuk
menakut-nakuti harimau loreng atau macan kumbang, tetapi
Kumbakarna sama sekali tidak tahu menahu, dan tak
mungkin juga hal itu terjadi, karena ketika Rahwana
menemui Kumbakarna, adiknya itu masih lelap mendengkur,
ia sedang menjalani 'tapa turu' selama satu windu.
"Heladalah. Dimana sebenarnya muka-muka-ku?
Siapa gerangan yang mencurinya? Hoalah hasssuuuu!
Genjik briliik! Celeng nggaleng! Kalau ketemu tak jadikan
rujak polo cecunguk itu!" Kesah Rahwana membanting gelas
hingga belah, pecah. Ruah.
Rahwana mengamuk, mengobrak-abrik seluruh
istana, banyak barang remuk, dihantam tangannya. Di gua,
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
43

