Page 39 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 39
berlombalah aku dengan adikku. Bapak sekilas kulihat, diam
membatu dalam duduk panjangnya.
***
Ibu dimakamkan sore hari setelah terjadi gerhana matahari.
Seusai ibu dikuburkan, adikku menceritakan ihwal sebelum
ibu menghembuskan nafas terakhirnya, tentang
keinginannya memakan buah rambutan.
“Naaak, tolong carikan untukku buah rambutan, barang satu
atau dua buah, ibu ingin memakannya sebelum pulang”.
Kata adikku menirukan apa yang ibu pintakan padanya.
***
“Maaas, setelah ibu operasi kemarin, dokter memberikan ini
padaku, kata dokter, inilah yang menyumbat di usus beliau”.
Kata ibu memberikan benda kecil yang terbungkus kain
putih.
“Apa ini dek?” Tanyaku sembari membuka bungkusan
kain itu perlahan.
Sungguh aku tak bisa mempercayai, yang ternyata isi
dari bungkusan itu sesuatu yang menjadi penyebab
kematian ibi, adalah sebiji buah rambutan yang telah
berwarna kemerahan karena lama terlapisi darah.
“Ibu juga berpesan sebelum dioperasi, kata beliau,
apapun yang nanti ada pada hasil operasinya terimalah
semua itu, dan jaga serta rawatlah ia, karena ibu akan
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
39

