Page 38 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 38

Tanpa fikir panjang, sementara adikku menjagai ibu,

           kukabulkan niat bapak, kuambil kapak dan dengan bantuan

           beberapa  tetangga,  mencoba  untuk  menebang  pohon  itu.
           Dalam  kurun  waktu  dua  lebih  seperempat  jam  kemudian

           barulah pohon itu tumbang.

                  “Naaak,  hape  kamu  berbunyi,  ada  telepon!”  Teriak

           bapak dari dalam rumah dan mengangkat telepon.

                  “Hallo mas”, suara adikku terdengar sendu.

                  “Ada apa dik? Bagaimana operasi Ibu, lancar bukan?”


                  “Mas, Ibu sudah meninggal”.

                  Seketika,  lemaslah  seluruh  persendianku,  seperti
           sudah tidak ada lagi syaraf yang bekerja dalam tubuhku.


           Dunia tiba-tiba gelap.

                  Aku tak merasakan apa-apa.


                                          ***
           Tiga  jam  lebih  aku  pingsan,  sampai  tak  tahu  kapan  ibu

           dipulangkan,  suasana  rumah  kiniramai  dengan  para
           pentakjiyah,  terdengar  olehku  suara  tangis  adikku  yang

           sudah sangat serak, ketika keluar kamar, kulihat jasad ibu

           tergeletak  tanpa  daya,  tanpa  tanda  kehidupan,  kuhampiri
           tubuh  berbusana  kain  putih  polos  itu,  dengan  terisak


           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                            38
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43