Page 35 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 35

bapak bekerja, ia sudah harus berhenti karena kecelakaan

           di tempat kerja.

                  “Bapakmu  ini  jatuh  dari  mobil  nak,  waktu  bapakmu

           sedang  membongkar  muatan  kayu  balok,  dari  atas  truk

           terpeleset ambruk, sudah begitu, kayu yang dari atas jatuh
           menimpa  kakinya,  bapakmu  sekarang  lumpuh,  pabrik  tak

           mau  membiayai  kita  berobat,  dengan  alasan  bapakmu  ini
           bukan  pe-gawai  tetap,  bahkan  pabrik  memecatnya  tanpa

           pesangon karena tahu keadaan bapakmu.” Ibu menjelaskan
           dengan geram.


                  Memang  sudah  tak  seperti  dahulu,  tidak  ada  lagi
           dapur tungku yang disebut 'pawon' di sudut ruang tamu, ibu

           sudah tidak berjualan lagi, alat-alat jualannya ia jual untuk

           berobat  bapak.  Ibu  sekarang  bekerja  menjadi  buruh
           pengupas kulit ketela di pabrik kripik singkong di kecamatan

           sebelah. Kerjanya tiap pagi masuk jam delapan dan pulang
           sampai  jam  lima  sore,  memang  tenaga  ibu  perharinya

           diperas lebih dari delapan jam untuk pabrik, terlihat tekanan
           kerja yang ibu alami dari raut wajahnya, semakin berkerut,

           lebih tua daripada usianya.

                  “Kerja  di  pabrik  itu  susah  nak,  tiap  harinya  harus

           menghasilkan sesuai target yang telah ditentukan, tak boleh

           sakit  atau  lemah,  harus  cekatan  dan  punya  tenaga  yang
           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                            35
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40