Page 30 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 30

perawan  ketika  dimabuk  asmara.  Lalu  ia  mengambil

           sahabatku  si  pena  dan  menggoreskan  tato  aksara  yang

           selama ini kurindui.
                                          ***

            "Wajah jingga itu masih menampar awan senja! Saat muka
             gelap membayang di angkasa! Tapi tenang sayang, raut

            terang penuh cinta itu, esok pagi datang menghapus duka.


            Di akhir kisah kita nanti, ku hanya mampu berharap, cinta

                            kita takkan pernah berakhir.
               Biarkan kita terbang dan berpisah untuk sementara,

             menggapai impian masing kita, lalu kemudian bukit indah
                      itu mempertemukan sekembalinya kita."

                                          ***

                  Entah, itu puisi atau apa, dan untuk siapa pun juga
           aku belum mengetahuinya. Tapi semenjak itu Aku memang

           terus dibawa oleh tuanku kemanapun ia pergi, singgasanaku
           adalah  ruang  kecil  yang  kadang  sesak  bersama  saudara

           sebangsaku  yang  lain,  juga  beberapa  perlengkapan  yang

           selalu diusungnya. Aku bahagia, bisa kembali bersamanya.
           Tak tahu bagaimana dengannya.

                                           -
                                           -
                                           -
                  (Digubah di Wonosobo_13 September 2016)
           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                            30
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35