Page 100 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 100
S9
dam. Ayam petarungnya (telah ia siapkan. Ayam petarung
Ernesto juga telah disiapkan. 4<eduanya lialu ^Uepa^an.
Mulailah pertarungan yang sangat dinanti-nantikan.
Kedua ayam yang dari tadi tak sabar untuk bertarung
mulai membuka jurus pamungkasnya. Ayam Ernesto me-
mang lebih berpengalaman. Dia tidak tergesa-gesa menge-
luarkan seluruh tenaganya. Umurnya yang lebih tua mem-
buat tenaganya lebih lemah, namun pengalamannya lebih
banyak. Bulu-bulu leher kedua ayam jantan itu mengem-
bang, menandakan keberanian kedua ayam petarung itu.
Mereka saling melukai, mencabik, mematuk, dan saling
mencari sisi kelemahan lawannya.
Sesekali ayam Ernesto berkelebat, mencakar dan me-
matok lawannya. Namun, lawannya yang lebih besar dan
bertenaga tak mau kalah dengan kekuatannya. Dia menye-
rang lawannya yang terkadang lengah. Kedua pemiliknya
dengan bersemangat menyoraki ayam miliknya disertai de
ngan pendukungnya. Mereka tak ingin kalah.
Kedua ayam itu begitu bersemangat walaupun darah
mulai mengucur dari tubuh mereka. Namun, yang terbera-
nilah yang menang. Keberanian jawara ternyata habis oleh
keperkasaan sang penantang. Darah mengucur di tubuh me
reka berdua. Namun, hukum alam mengatakan ayam yang
lebih perkasalah yang akan menang. Takim bersorak-sorak
dengan gembira menyaksikan kenangannya atas musuhnya.
Dengan bangganya Takim memanggil ayamnya, mengelus-
elus sambil beijalan ke arah Ernesto.
"Ernesto, dendam sudah terbalas. Ayam jawaramu ter
nyata tak ada apa-apanya dibandingkan dengan ayam ja-
goku. Kini saatnya kau menunaikan tugasmu, membayar u-
tangmu."
Ernesto berpaling. Tampaknya, dia belum slap meneri-
ma kekalahan. Wajahnya memerah.
"Apa? Taruhan? Aku tak akan membayar taruhan ini.

