Page 105 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 105

94




               "Pagi-pagi sudah hampir dilalap motor!" makiku kesal.
               "SorryV ucap si pengemudi yang nyarls tak terdengar.
               Aku mencoba tersenyum, menghlbur diri. Meski gejolak
         amarah telah mencapal ubun-ubun.
               "Krisss!" desisku tanpa sadar.
               Pengemudi  FIZ-R  merah  itu,  mengingatkanku  pada
         Kris, pacar SMA-ku yang setahun lalu  begitu berarti. Yang
         mengisi hari-hariku dengan kebersamaan yang indah. Kini,
         ia  bukan pacarku lagi. Begitu saja ia  berlalu dari kehidup-
         anku karena enggan dengan kemiskinanku. Klise memang.
         Aduku pada pohon akasia yang beijajar sepanjang trotoar.
               Kalau dulu Kris sangat baik padaku hingga aku terjerat
         dalam kedamaian semu. Kala Kris mengakhiri kebersamaan
         kami dan ia memilih jalan bareng Diana, teman sebangkuku
         yang konon masih keturunan darah biru, yang juga anak
         seorang jenderal terasa sakit sekaii. Namun, syukur Allah te
         lah membangunkan hatiku yang terlambat terjaga membe-
         rikan jalan yang lebih baik, menlupkan napas kehidupan ke
         dalam ragaku  yang telah  rapuh. Akhirnya, aku  mengerti
         bahwa Kris hanyalah satu sisi keruh hidupku di masa lalu.
               Malam telah terlanjur lewat. Bulan benjol yang baru
         terbit dilingkari oleh mega-mega pucat, menciptakarT nuansa
         tersendiri. Aku diam termangu, mengelus wajah langit yang
         penuh keriipan  bintang, Tapi^ tak seindah suasana hatiku
         kini, kehidupan yang semrawut semakin keruhkan jiwaku.
         Kutarik napas panjang dan kulepaskan bersama angin ma
         lam yang lewat.
              "Sedang apa kau di sini?" tanya Rahma mengagetkan-
         ku.
               "Cari angIn segap."
               "Keasyikan melamun hingga suam^^ langkahku tak kaus
         dengac," ucap; Rahma ketus.
               "Kukira kao juga mau cari udara segar. Lihat malanv
         begitu cerah^" ucapku sambit menunjuk ke arah bulan yang
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110