Page 64 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 64

53



           akan mengerti. Sebab, jika tiba waktunya, Tuan juga akan
            melewati gerbang terkahir itu," ucapan orang tua itu  me-
            yakinkan.
                 "Lihat! Lihatlah di sana, Tuan. Saatnya telah tiba!" seru
           orang tua itu seraya menunjuk ke orang banyak.
                 "Selamat tinggal, Tuan," katanya sambil berlalu.
                 Tampak tubuh orang-orang yang berada di baris paling
           depan melayang perlahan seperti burung-burung yang ter-
           bang pulang ke sarang, Satu per satu, tubuh orang-orang itu
           beterbangan ke langit. Dan, di antara manusia yang mela-
           yang-layang itu, tampak salah satu di antara mereka, se-
           orang wanita setengah baya, wajahnya bersih dan terang.
           Rambutnya panjang terurai. Gaun putihnya menari-nari di-
           tiup angin. Sambil tersenyum, ia  melambai-lambaikan ta-
           ngannya ke arah Badrun yang berdiri di tengah padang.
                 Badrun yang mengenaii sosok wanita itu, tiba-tiba saja
           terperanjat. Ia berteriak keras. Keras sekali.
                "Istriku! Zaidah! Kau mau ke mana? Jangan tinggalkan
           aku, istriku! Zaidaaah ... tunggu akuuu ...!" Suaranya me-
           lengking ke angkasa. Kemudian, ia berlari-lari kecil menge-
           jar tubuh wanita yang melayang itu. Semakin lama semakin
           tinggi melintasi awan dan kabut. Akhirnya, hilang di balik ca-
           krawala senja yang makin kelam dan kelabu.
                Badrun terbangun. Lewat tengah malam, ketika istrinya
           membangunkannya dengan suatu gerak tangan yang lemah
           lembut saat ia tidur telungkup dengan kepala ke ujung tem-
           pat tidur, ia membuka mata dan berbisik di kuping Zaidah,
           "Ada apa?"
                Ia mendekatkan kupingnya ke bibir istrinya dan terde-
           ngar suara amat lemah, nadanya terdengar lirih  bagai ki-
           dung duka yang terdengar di malam sunyi, "Pak, aku mau
           pergi."
                Badrun menggenggam tangan istrinya yang masih ha-
           ngat. Matanya berkaca-kaca. DItatapnya kelopak mata yang
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69