Page 86 - Microsoft Word - AA. Navis - Rubuhnya Surau Kami _Kumpulan Cerpen_
P. 86
kenyataan dengan kenyataan sebagai khayal ketika tiba-tiba Lara sudah duduk pula di
sisinya. Keduanya sama diam. Tapi pikiran Si Dali tidak keruan oleh bau tubuh
perempuan yang sudah lama menggemaskan hatinya itu.
"Aku tidak bisa tidur. Kau juga?" kata perempuan itu setelah lama mereka sama
membisu. Pikiran Si Dali yang kacau mulai membentuk khayal laki-lakinya. Lambat
laun pikiran itu tidak lagi khayalan. Kemudian sekali, di sisi perempuan baya yang
mendengkur dalam tidurnya lewat tengah malam, Lara berkata sepelan bisikan ke
telinga Si Dali.
"Kau tahu Si Kapten lebih doyan anak jawi*) daripada aku, isterinya?"
Si Dali mendengus.
"Kau tahu aku disuruh tiduri oleh anak jawinya sebagai imbalan?"
Si Dali mendengus lagi.
"Kau kira aku senang?"
"Dapat perjaka silih berganti, mengapa tidak senang?" kata Si Dali dalam hati.
"Aku benci digermoi suamiku. Aku muak melayani anak ingusan. Aku inginkan laki-laki
matang seperti kau."
Perasaan Si Dali seperti balon hampir pecah oleh tiupan angin kencang yang berapi.
"Sejak mula kawin aku sudah curigai dia peranak jawi. Maka itu aku ikuti dia
bergerilya. Supaya perangainya tidak berkelanjutan. Justru di sini aku digermoinya."
lanjutnya. Setelah agak lama terdiam dia berkata lagi. "Aku pernah memancingmu.
Tapi kau tidak acuh. Mengapa?" tanya Lara agak lama kemudian.
"Apalah aku, seorang prajurit kacungan. Bagaimana bisa bersaing dengan perjaka yang
cakap-cakap itu." jawab Si Dali dalam hatinya. Kemudian katanya: "Engkau istri
komandan. Bagaimana jadinya aku bila ketahuan. Bagaimana perang ini jadinya bila
komandan dikhianati prajurit?"
"Kalau komandan mengkhianati istrinya, menjadikan anak buahnya sebagai anak jawi?"
Lara berkata seperti tidak untuk dijawab.
Lama sebelum perempuan itu tidur lagi, Si Dali bertanya: "Kemana saja kau hilang
beberapa hari ini?"
"Aku muak digermoi. Aku mau ke kota. Tapi di jalan aku bertemu patroli musuh. Ngeri
bertemu mereka. Lebih ngeri bila mereka meniduriku. Maka aku kembali." kata Lara.
Setelah beberapa lama hening, Dali bertanya lagi: "Bagaimana cara hidupmu begini
berakhirnya?"
"Aku pikir ini masih permulaan."

