Page 87 - Microsoft Word - AA. Navis - Rubuhnya Surau Kami _Kumpulan Cerpen_
P. 87

"Permulaan?"

                   *) Anak jawi = anak muda pasangan laki-laki homo.

                   "Kata suamiku, ia berperang karena menjadi tentera. Ia menjadi tentera untuk
                   mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan. Setelah merdeka, sampailah
                   cita-cita pemimpin bangsa. Maka tentera tidak diperlukan lagi. Dia akan jadi
                   pengusaha untuk mengisi kemerdekaan itu, kata- nya". kata Lara dengan suara yang
                   lusuh.

                   "Engkau akan jadi isteri pengusaha besar. Betapa enaknya buah kemerdekaaan itu
                   bagimu." kata hati Si Dali.

                   "Aku kira aku akan merana bila dia sukses jadi pengusaha."

                   "Merana?" tanya Si Dali karena tidak paham.

                   "Kalau dia kaya, seperti halnya orang berobah nasib secara mendadak, anak jawinya
                   akan lebih banyak. Lalu aku akan cepat menjadi tua. Mengerikan."

                   Hati Si Dali tersentuh hiba. Lalu dia memeluk Lara erat-erat. Mereka terbangun ketika
                   perempuan baya membawakan mereka dua cangkir kopi panas, yang masih dapat
                   ditemukannya pada rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Si Dali mencubit
                   pahanya kuat-kuat untuk tahu apakah ia berada dalam khayalan? Cubitan itu terasa
                   sakit. Dan tiba-tiba ada rasa rikuh karena merasa tepergoki. Tapi kedua perempuan itu
                   tidak rikuh.

                   Berhari-hari kemudian terberita Si Kapten terbunuh pada suatu serangan musuh. Lara
                   bergegas mengemasi miliknya. Lalu berangkat ke kota. Karena ditinggalkan tanpa
                   pamit, Si Dali meyakinkan dirinya bahwa segala yang terjadi semata mimpi dari masa
                   silam yang telah lama lewat. Mimpi yang panjang. Mimpi yang tak kunjung hilang
                   dalam kenangan. Kenangan yang bukan peristiwa yang dapat dicatat oleh buku
                   sejarah.

                                                           ***

                   Ketika kakinya mencecah landasan Bandara Tabing, sejenak dia termangu. Kenangan
                   kepada Lara ditindih oleh pikiran yang kemudian diucapkannya: "Lara berdagang
                   dirinya untuk menggapai hidup yang lebih baik. Aku? Aku tidak berdagang, tapi
                   tergadai. Ya, tergadai."


                   Demi melihat banyak orang di gedung terminal, Si Dali bertanya pada dirinya. "Apa
                   mereka juga tergadai seperti aku? Kalau ya, apa mereka bisa menebusnya? Kalau
                   seperti Lara, berapa lama dagangannya diminati?"

                   Tiba-tiba Si Dali tidak merasa kakinya di atas beton landasan. Kakinya seolah terangkat
                   oleh pikirannya yang terbang mengawang.

                   1 September 1996
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92