Page 80 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 80

hari.
                  "Pak, di sini akan dibangun kios, ya?" tanyaku kepada
           Pak Lurah.
                  "Oh, bukan kios, tapi stasiun pompa bensin umum."
                   Aku tercekat. Apa bdak berbahaya pom bensin dibangun
           di depan industri tempa besi? Resiko kebakaran begitu besar!
                  Sesampainya di rumah, aku membaringkan tubuh di atas
           ranjang. Terbayang di pelupuk mata, kebakaran itii  terjadi.
           Kehidupanku bersama teman-teman pandai besi dan kehidupan
           para pekeija pom bensin itu hancur. Semuanya akan hangus
           terbakar  dan  hanya  meninggalkan  puing-puing  harapan.
           Bahkan, mungkin rumah-rumah penduduk di sekitar sini ikut
           terbakar, termasuk rumah ini. Rumah yang menjadi satu-satunya
           tempat bernaung aku dan bapak. Aku menyebar pandangan ke
           seluruh penjuru kamarku. Aku merasa tidak sanggup uiatuk
           kehilangan setiap jengkal tangis, tawa, dan harap yang telah
           terukir di setiap sudut kamar dan rumah ini. Tidak!! Ini tidak
           boleh terjadi.  Aku harus menghentikan pembangunan pom
           bensin itu. Dengan cara apa aku harus menghentikaimya? Aku
           tidak punya daya, aku hanya anak seorang paiidai besi, rakyat
           biasa.  Mereka  pasti  akan dengan mudahnya tidak
           mengacuhkanku. Tapi tak apa, aku akan tetap mencobanya. Aku

           bertekad dalam hati.





                   "Pak Lurah, apa betul tanah lapang yang ada di depan
           industri "Sembada" akan didirikan  pom bensin?" tanyaku


           Seperdk Damai hiinguApi Kehidiipaii.... (Swaniida 'lyaskycsti, SM.AN 7 Pura'orcjo)   73
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85