Page 75 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 75

Antologi Cerpen Reinaja


     menatap mata ibu dan ibu menatap sepasang mataku. Kami
     menangis danberpelukan dalambahagia.
             Kuceritakan cita-citaku kepada ibu. Aku ingin membeli
     rumah jika nanti aku bekeija, aku akan membuat taman di mana
     ibu setiap pagi bisa memandang ikan atau sekadar merawat
     bunga dan mamangkas tanaman seperti yang sering ibu lakukan
     setiap Minggu pagi,
             Ibu hanya dapat tersenyum melihatku  menceritakan
     semua iinpianku, semua cita-citaku.






            Sampai pada waktunya telah tiba. Aku berhasil direkrut
     oleh sebuah perusahaan asing di sebuah pusat kota. Ingin sekali
     kabar gembira ini lekas ku tunjukkan pada ibu. Namun sebelum

     itu, kan ku bawakan becak baru untuk ibu dari hasil ku sisihkan
     uang jajan setiap harinya. Ku sadar uangku tidak begitu cukup
     untuk membeli sebuah becak. Tapi ku tahu bahwa aku masih

     memiliki sahabat terbaik  yang selalu  membantuku. Ikhsan
     meminjamkan sedikit uang untukku. Tentu saja, aku beijanji
     secepatnya akan mengembalikamiya.
             Langit terasa begitu biru hingga angin terasa tidak begitu

     membakar punggungku seperti biasanya. Ku ayunkan pedal
     sepeda becak dengan penuh semangat. Ku angkat tinggi-tinggi
     gelar kesarjanaanku. Dan ku buka lebar-Iebar mataku bahwa ada
     harapan besar menanti.
            "Ibu.!!!" teriakku bahagia padanya.
             Melihat ku membawa becak baru, ibu begitu bangga dan


     68
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80