Page 71 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 71

Antologi Cerpen Remaja

      ibu yang sedang terlelap dalani sejuta minipinya. Namun, isak
      tangisku tetap saja tak dapat membohongi pendengaran ibu.
      Sejenak langsung ku usap tete.san air mataku, ku selipkan jam
      tangan itu di balik punggungku, meskipun ku sadar bahwa aku
      tak dapat menutupi kegelisahanku.

             "Ada a pa. Wan? Apa yang kau sembunyikan di balik
      punggungmu itu?"
             "Eeng, bukan  apa-apa  Bu," jawabku  meski harus
      membohongi ibu.
             Sementara itu, ibu hanya diam dan memandangiku lekat-
     lekat. Dengan sigap ia mengambil barang yang ku sembunyikan
     di balik punggungku.
            "Apa ini.  Wan?" pertanyaan ibu  kali  ini  sungguh
     membuatku tersudut.
            "Dari mana kau temukan barang ini? Tentu bukan
     milikmu, kan?" sekali lagi ibu bertanya dengan jelas.
            "Itu.. .milik Ikhsan, Bu."
            Seperti disambar petir, lidahku begitu kelu tak dapat
     melanjutkan perkataanku. Tubuhku begitu gemetar dan itu
     membuatku untuk sujud dikaki ibu.
              Maafkan Nawan, Bu, Nawan khilaf. Nawan berjanji tak
     akan mengulanginya lagi, besok pasti akan Nawan kembalikan,
     Bu."
            "Kau mencurinya. Wait?"
            Hanya sekali anggukan yang berani ku tunjukan pada
     ibu. Sungguh malam ini begitu hening. Sesekali ibu mengusap
     kepalaku dan mencoba menenangkanku. Ku tahu pasti ibu
     kecewa. Akan tetapi terlebih lagi ku tahu bahwa pasti ibu tahu


     64
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76