Page 70 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 70

diam sejenak, lagi-lagi  mengusap kepalaku dengan jemarinya
           \ ang makin hari kurasakan makin kering. Dan aku mencoba
           untuk merangkai-rangkai beberapa kata yang sepantasnya ku
           ungkapkan persoalanku pada ibu.
                  "Bu, beasiswaku sudah tidak ada lagi."
                  "Maksudnya, Wan?''
                  "Jenjang waktu pemberian beasiswa habis, tetapi masih
           harus ada satu semester lagi yang harus dilunasi."
                   Mendengar semua ocehanku, ibu langsung diam dan
           menatapku lembut. Senyuinnya yang tenang bagai air yang
           mengalir tanpa suara gemericik sedikitpun. Akan tetapi, saat ini
           yang  tersirat  dipikiranku  hanyalah  dua  pikiran  yang
           bertentangan. Apakah yang kulakukan ini benar atau justru salah
           karena membebani perasaaimya?
                  "Nawan, jangan pernah kau cemaskan tentang semua
           keadaan. Yakinlah pada Ibu bahwa semua akan baik-baik saja."
                  Perkataan Ibu malam ini sungguh membuatku tenang.
           Dalam hati ku berjanji, satu saat kan ku bawa dirimu menggapai
           langit merasakan kesuksesanku di suatu hari nanti. Ku berjanji
           akan rajin menuntut ilmu demi meraih cita-citaku. Tak kan ku

           biarkan kau kecewa.
                  Selang lima menit, ku keluarkan sebuah barang bukan
           hakku. Kotak kecil biru langit yang seharusnya saat ini berada di
           atas dashboard Inova silver milik Ikhsan sahabat ku, justru beralih
           tempat berada di dalam ransel coklat yang hampir kumuh. Entah
           setan apa yang telah meracuniku. Hingga aku tega mencuri
           barang yang sangat berarti bagi Ikhsan. Tangisku, makin lama tak
           terbendung. Tetes demi tetes ku tumpahkan di balik punggung


           Menggapai Ljcwgit.... (IHnkan Kurnia, SMAN Scmarang)         63
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75