Page 65 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
        P. 65
     Antologi Cevpen Reniaja
              "Hem.. hanya sebuahsenyumanyangdapat ku berikan
       pada Ikhsan, ia sudah terlalu bam'ak membantuku dan ibu.
       Sungguh aku tak ingin membebaninya.
              "Pulang dulu, San/' kataku pada Ikhsan.
              Terik matahari telah menunjukkan seberapa panasnya
       kota Bogor saat ini. Padahal yang ku tahu kota Bogor adalah kota
       hujan yang seharusnya dingin dan diselimuti kabut. Kakiku
       seakan-akan tak kuat dalam menentukan arah. Kawanku Ikhsan
       yang sangat tahu keadaanku dengan murah hati menawarkan
       tumpangan karena  tak  tega  melihatku  berjalan  menantang
       panasnya langit.
              "Ayo Wan, ikut di mobiiku sekalian hemat waktu."
       Alisnya  yang tebal sepontan saja  bergerak ke atas saat ia
       menawarkan tumpangan dengan sedikit bercanda.
              Layaknya putra  raja  aku duduk di  peraduair  yang
       nyaman. Maklum saja, baru kali ini aku dapat menikmati duduk
       santai di sebuah mobil yang menurutku terlalu bagus untuk
       kunaiki. Jangankan dapat memilikinya, membayangkan untuk
       selalu duduk di jok mobil dengan santai sambil menikmati
       alunan musik tanpa mengusik kenyaman tetangga dan tanpa
       berlari-Iari  untuk  mencari  pohon rindang  hanya  karena
       menghindari panas maupun hujan saja sama sekali tak pernah
       teiiintas  dipikiranku. Karena  bagiku  semua itu  tidaklah
       mungkin. Untuk apa aku harus berkhayal menggapai langit yang
       terlalu jauh bila ku gapai?
              "Eng...San  kotak  kecil  biru  langit itu  isinya  apa?"
       nampaknya kedua mataku tertarik pada sebuah kotak kecil
       berukirkan biru langit yang berada di atas dashboard.
       58
     	
