Page 64 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 64

Seperti  bia.sa, kulihat laki-laki  tinggi besar itu selalu
          menggoda beberapa gadis di kampusku. Alisnya yang tebal dan
         sorot mata yang tajam. Tak kupungkiri dia adalah laki-laki paling
         tampan di kampusku. Ikhsan, biasa orang memanggilnya. Salah
         satu  teman  terbaikku, semenjak  dia  membantuku  untuk
          menemani ibunya yang sedang sakit. Berbeda dengan kawanku
          yang lain, selain baik, ramah, matanya yang terkesan redup itu
         seakan-akan selalu menepuk punggungku untuk selalu berjuang
         dalam mengarungi hidup.
                " Wan, sudah mau pulang?" tanya Ikhsan membuyarkan
          pandanganku.
                "lya San, ibu  pasti  menungguku," jawabku seraya
         tersenyum lebar.

                "Kamu ada masalah. Wan?
                "Ka..kamu tau, San? Meski dengan terbata-bata, entah

          mengapa aku tak dapat menyembunyikan kegelisahan yang
         sedari tadi mengusikku.
                "Raut wajahmu yang seakan-akan berbicara padaku.
          Wan."
                 Tak perlu ditanya, Ikhsan paham betul apa yang ada
          dalam diriku. Hal sekecil apapun, meski telah kututup-tutupi,
          dia selalu  tahu  tentang dilema  yang selalu  datang dalam
          hidupku. Sungguh sahabat yang baik bagiku.
                "Aku tak punya cukup uang untuk membayar uang
          kuliah San, jenjang waktu beasiswaku telah habis dan aku tau
          betul  penghasilan  sebulan  ibu  tak  akan cukup  untuk
          membiayaku selama satu semester."
                "Apa aku bisa membantumu. Wan?" tanya Ikhsan.

                       (I'inkan Kurnia, SMy\N Scmarang)               57
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69