Page 69 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 69

Antologi Cerpen Reinaja

       mengucur di keningnya dibasuh dengan handuk kecil merah
       jambu  yang  melingkar  di  lehern\'a.  Ingin  rasanva  diriku
       memberikan sayap-sayap putihku guna melindungi tubuhnya
       yang lemah dan mulai renta.
              "Sesampainya di rumah, Ibu aku pijitin  va, pasti Ibu
       capek."
              "Sudahlah, maripulang."
              Dengan sadar diri kini gantian aku yang menga\'uh becak
       untruk mengantarkan ibu pulang. Sungguh tak sebanding jika
       aku membayangkan saat aku duduk santai dengan suhu dingin

       dari AC Inova Ikhsan.
              Slang perlahan beranjak sore. Lampu-lampu penerang di
       pinggirjalan bersinar sayu di antara cahaya matahari yang makiii
       redup. Sedangkan  suara  muadzin dalam  menyerukan
       kalimatNya  terdengar  sayup-sayup  dari  berbagai  penjuru
       menghenirigkan suasana sore kota Bogor. Namun, kendaraan-
       kendaraan masih beiialu lalang di jalanan.

              Sesampainya di rumah, perlahan ku txirunkan ibu dan
       menggopohmja agar ibu tak jatuh dari becak. Ku sandarkan becak
       lusuh itu di sampiirg rumah berdekatan dengan pohon beringin

       agar becak peninggalan Ayah tidak tersengat panas saat matahari
       mulai memancarkan siraarnya.
              Langkah pertama di luar  pintu, ibu dapat melihat
       perubahan perilakuku. Kembali aku sering menghabiskan sisa
       waktuku di kamar dengan ibu, memenuhi ruang-ruang sempit
       dengan segala usaha yang dilakukan ibu untuk memancing isi
       hatiku. la sudah melakukan segalaiaya untuk diriku, tapi aku
       masih suka membisu. Ibu juga masih setia menungguku untuk



      62
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74